Pengalaman Pertama ke Candi Borobudur
September 27, 2018
Add Comment
Documenter of Borobudur Indonesia |
Sebenarnya saat berkunjung ketempat ini tidak ada dalam agenda saya, bukannya tidak ada tetapi karena waktunya itu yang tidak mencukupi karena mengingat waktu yang singkat jadi saya tidak kepiran akan mendatangi tempat tersebut. Sebenarnya saya sangat ingin ketempat ini. Namun karena mengingat tempat lain yang perlu terlebih dulu dijangkau sehingga kami terdampar ke tempat taman wisata candi borobudur ini.
Singkat cerita pada awal saya menjejaki kaki ditanah Yogyakarta melalui Bandara AdiSujibto saya sudah sudah kepikiran dan menduga semoga saja bila banyak waktu yang tersisa nantinya setelah tugas selesai saya akan mengajak untuk mengunjungi tempat bersejarah di dunia yang ada disana yaitu candi Borobudur dan Candi Pramnan dan candi-candi lainnya di daerah sana.
Tentunya ini akan menjadi perjalan yang sangat menarik dan melelahkan, betapa tidak ternyata kami sudah menempuh perjalanan yang sangat jauh mulai dari tempat kami tinggal pesawat di delay hingga ke Soekarno Hatta dan di Delay lagi pesawat yang kami tumpangi untuk menuju ke Yogyakarta, meski kami menumpangi pesawat yang pemiliknya maskapai GIA namun jika tidak memungkinkan tetap saja di delay.
Singkat cerita tepat pukul 14:00 wib kami tiba di terminal gerbang parkiran Borobudor. Mulai dari atas bis saya sempat melihat dilintasan utamanya sebuah halte bertuliskan "Selamat Datang di Borobudur" ketika saya melihat sekitaran ternyata benar, kami memasuki gerbang utama dalam kawasan wisata borobudur.
Ini adalah kunjungan perdana saya ke candi borobudur yaitu sebuah tempat bersejarah diindonesia yang dikenal oleh seluruh penjuru dunia. Mulai dari parkiran kami berjalan kaki menuju ke tempat candi borobudur berada dengan jarak tempuh lebih kurang 2 km.
Dengan jarak yang demikian mungkin bagi kaula muda tidak menjadi masalah namun bagi bapak-bapak atau orang tua yang tidak sanggup lagi berjalan bisa dengan menyewa kendaraan yang khas diperkarangan sana.
Dengan tata kelola perkarangan taman wisata yang mudah dijangkau, serta penunjuk arah yang lengkap maka sudah pastinya anda tidak akan tersesat dikomplek taman nasional ini dibantu lagi dengan petugas keamanan yang selalu siaga untuk mengontrol dan mengawasi pengunjung disana.
Mulai dari gerbang pengambilan tiket maka kita di hadapkan dengan sebuah tulisan "Borobudur" yang berada dibawah pohon rindang tepat dihapan gerbang pemeriksaan. Dibawah pohon rindang ini boleh saja anda menunggu antrian untuk bisa berselfi ria dengan tulisan borobudur dibelakangnya. Setelah sesi foto ini selesai maka boleh melanjutkan perjalanan menuju ke puncak borobudur atau mencari taman yang indah untuk anda melakukan selfian.
Saat kita melewati jalan setapak ini mungkin kita akan melihat ciri khas disana atau sebuah lantunan seni yang sedang berlangsung. Apakah itu settingan hiburan bagi pengunjung atau memang pada hari kami kesana sedang ada acara yang demikian itu. Yang jelas kami melihat anak-anak yang usia SMP dan SMA sedang melantunkan paduan suara dan tarian yang khas disana dipadu dengan musik daerah khas jawa, tentunya sangat menarik untuk ditonton sejenak.
Dengan melanjutkan berjalan kaki meski diterik matahari yang sangat panas kebetulan pada hari itu cuacanya sangat mendukung dan kami rela panas-panasan bukannya tidak menggunakan jasa sewa payung tetapi kami sengaja ini menikmati semua itu secra bebas. Jadi harus rela panas.
Dari kejauhan kami sudah dapat melihat puncak candi yang pertanda sudah dekat perjalanan tetap harus dinikmati dengan suasana yang sangat ramai berdampingan dengan pengunjung lainnya dari pendatang lokal hingga orang bule.
Hingga tibanya kami dikaki atau anak tangga pertama menaiki candi borobudur itu. Ternyata candinya sangat tinggi. Mumpung tidak ada yang asam urat jadi menaiki tangga bukanlah halangan satu demi satu tangga dipijak ternyata capek juga. Singkat cerita hingga kami tibalah dipuncak borobudur. Maka terpuaskan hati ini.
Dari atas puncak sana kita dapat melihat sekeliling candi desa-desa penduduk ternyata sangat indah dan sangat menawan. Kepinggiran candi yang dihiasa dengan perbukitan dan sungai dan kearah depannya kita bisa melihat perkampungan penduduk yang tersusun rapi entah apa nama desa tersebut.
Terbentak dalam hati kecil saya berkata " Negeri ini sangat indah Ya Allah.. Bantu kami untuk menjaganya.." dan saya tersenyum melihat sekeliling saya begitu banyak pengunjung yang datang disana. Sekedar bercerita diatas borobudur, ada yang selfi ria atau foto bersama dipuncaknya.
Saya tidak tau lagi arah mata angin diatas sana karena tidak sempat lagi memperhatikan kompas. Tetapi saya sendiri sudah mengelilingi puncaknya dan melihat pemandangan sekelilingnya serta object patung budha diatas itu.
Bahkan saya sempat bercakap dengan beberapa pengunjung disitu yang salah satunya "Marthin & Elsa" yang mengakui sebagai warga Filandia dan sekarang mereka tinggal di California. Entah dimana negeri itu saya sendiri pernah mendengarnya di TV dan belum pernah kesana.
Selain mereka masih banyak lagi turis yang datang pada hari itu. Namun saya tidak sempat lagi bercakap dengan mereka karena mereka tidak membawa penerjemah. Tanpa terasa kami telah menghabiskan waktu hampir tiga jam diatas sana, mulai dari pendakian puncak hingga turun lagi beberapa blok dari atas puncak borobudur.
Setelah semua merasa puas dengan mengunjungi setiap sudut candi tidak ada yang terlewatkan lagi maka kami segera meranjak pergi dan turun melalui jalur yang sudah di tetapkan. Melewati jalur itu, hingga sampainya kami dengan sang juru fotografer disana mengajak kami dan memotret sebagai kenangan dengan penampakan candi secara keseluruhan. Sebenarnya kami tidak ingin melakukannya tetapi karena sudah diminta oleh fotografer maka kami melakukan sesi foto yang sebelumnya kami anggap gratis taunya bayar 30.000,- /jepret. Entah kami dibodohi sama tukang fotografer atau fotografer yang memanipulasi kami.
Saat jalan pulang inilah menurut saya mempunyai sesi menarik dan sangat sayang apabila dilewatkan mungkin ini akan dialami oleh setiap pendatang lokal dan tidak akan dialami oleh pendatang dari negeri barat sana karena menurut saya mereka kurang memahami bahasa.
Setelah turun tangga ini hingga mencapai dijalan pulang anda-anda pendatang pastinya akan merasakan ketidak nyamanan disetiap langkah anda menuju pulang yaitu sang pedagang seperti akan segera menguras kantong anda dengan memaksakan membeli dagangan mereka.
Para pendagang yang berjalan kaki ini yang menjual secara terpisah inilah menurut saya sangat mengganggu dan menggangu sekali. Jika kita marahin sayang, jika tidak kita marahin menghalangi jalan. Apalagi penjualnya bisa kita lihat mulai dari anak-anak orang tua dan dewasa, bapak-bapak dan ibuk. Memaksa kita membeli sesuatu yang memang sesuatu itu tidak ada hubungan dengan tempat yang kita kunjungi tersebut.
Saat jalan pulang itu kami juga sempat singgah di musalla untuk menunaikan shalat asar, sebelumnya singgah di toilet tentunya. Apakah kebutulan atau tidak begitu kami masuk kesana saya bersama dengan seorang pemudah yang berkebangsaan india untuk membuang hayat kecil ternyata dari 5 kloset kencing yang disediakan hanya satu yang berfungsi dan air merembes kemana-mana. Entah kebetulan toilet seperti itu atau memang sedang perbaikan saya tidak tau. Yang jelas lelaki India itu tertawa dan mengelengkan kepalanya kepada saya dan bercakap kami seperti sudah kenal sebelumnya membicarakan toilet.
Keluar dari toilet si india itu pergi dengan seorang perempuan yang lumanyan cantik karena saya tidak tertarik istri orang makanya lumayan. Saya mengambil air Wudhuk di kran depan itu, saat saya buka kran entah airnya sudah habis atau memang segitu airnya keluar yang jelas kran-kran itu sekarat.
Bukan kran punya saya saja tetapi kran yang digunakan oleh kawan lainnya juga mengalami hal yang sama. Saya pikir airnya sudah mulai habis karena hari sudah sore, jadi wajar saja air krannya mengecil. Dan satunya lagi untuk musalla sangatlah rapi bersih dan nyaman saat kita melaksanakan ibadah.
Hingga selesainya kami melaksanakan sholat fadhu maka kami melanjutkan perjalanan keluar dari sana. Pada awalnya kita nyaman-nyaman saja untuk berjalan kaki menuju pintu keluar namun setelah kita melewat musium kapal kayu itu datanglah sang pedagang yang menyuguh barang dagangannya untuk kita dengan tiada henti-hentinya.
Sebenarnya jika menawarkan dagangannya sebetulnya itu wajar-wajar saja. Tetapi jika sampai memaksa itu sudah wajar lagi. Itulah yang menurut saya merupakan kesalahan yang pedagang ini lakukan.
Pada saat awal memasuki borobudur saya sempat berfikir nantilah saat pulang saya belanjanya. Namun setelah melihat prilaku pedagang yang demikian saya berubah pikiran dan tidak ingin membeli apapun lagi, karena saya pemalu jadinya jika diperlakukan demikian itu disuguh dagangannya secara paksa saya tidak mau membelinya lagi. Memang harganya sangat murah tapi saya sudah tidak berkenan lagi dihati.
Bahkan ada beberapa pedagang yang mengikuti saya sangat jauh secara bersamaan tetapi saya sudah tidak berkenan lagi dihati untuk membelinya. Entah sengaja mereka lakukan untuk kami karena kami menaiki bis pariwisata. Tetapi saya melihat wisatawan lokal lainnya juga disuguhkan dagangan mereka. Ada yang membelinya dan ada pula yang mengabaikannya termasuk saya. Prilaku dan sikap demikian ini menurut saya harus ditegur bagi setiap pedagang kaki disana, karena membuat pengunjung sangat tidak nyaman. Saya berharap saat saya balik lagi ke borobudur nantinya permasalah demikian itu sudah terasi. Semoga.
0 Response to "Pengalaman Pertama ke Candi Borobudur"
Post a Comment